Proposal Pemugaran dan Peresmian Monumen Pena

PATILASAN RUMAH PERJUANGAN
PADA PERANG KEMERDEKAAN I – 1947
TENTARA PELAJAR BATALYON 300 BRIGADE XVII TNI
DI KEBUMEN

P R O P O S A L


PENDAHULUAN


Adalah sebuah kenyataan bahwa perilaku sebagian masyarakat kita akhir-akhir ini cenderung egosentris dan komersial. Banyak sendi kehidupan kebangsaan Indonesia yang bertumpu pada nilai-nilai luhur perjuangan kemanusiaan, terutama dalam hal mempertahankan  martabatnya sebagai mahluk yang beradab dan beradab semakin melemah. Rasa kebersamaan dan saling menghormati  secara tulus semakin sulit ditemui dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini sangat jauh berbeda dari sikap perjuangan kita ketika terlibat dalam upaya mempertahankan amanat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Didorong oleh kenyetaan di atas dan keinginan beberapa anggota yang berdomisili di Kebumen, khususnya yang pernah bertugas di bagian dapur umum dan kepalang-merahan muncul gagasan membangun tetenger atau tanda bagi Rumah Perjuangan yang dulu disebut Markas Darurat Tentara Pelajar Balayon 300 Brigade XVII Tentara Nasional Indonesia. Dengan tujuan utama meninggalkan kenangan abadi kepada anak keturunan dan masyarakat Kebumen pada umumnya agar diapresiasi secara patut. Terlepas dari hasil proses apresiatif itu, ada secercah harapan agar bangunan yang akan berdiri di sekitar Kompleks Gereja Kristen Jawa di Jalan Pemuda Kebumen ini dapat menjadi cermin diri. Bahwa di tempat itu pernah ada pergulatan hidup yang dilakukan oleh sebagian kaum terdidik dai beragam latar belakang pribadi dan kelompok untuk mencapai satu tujuan. INDONESIA TETAP NEGARA – BANGSA MERDEKA YANG BERDAULAT.
Filosofi pembangunan tetenger ini adalah kesederhanaan dan optimism sebagai upaya maksimal manusiawi. Dengan demikian, pembangunan fisik tetenger Patilasan Rumah Perjuangan di Kompleks Gereja Kristen Jawa Kebumen adalah proses apresiatif  yang berujung pada kesadaran kebangsaan tanpa batas ruang dan waktu. Oleh karena itu, dasar pemikirannya adalah mengutamakan isi dari pada bentuk sebagai wujud kesederhanaan serta kemandirian dan berwawasan luas untuk mengimplimentasikan optimisme. Kesederhanaan lebih mengedepankan kemudahan dalam mewujudkan rencana pengerjaan dan pemeliharaan bangunan. Serta penyampaian pesan yang mengundang kesadaran pribadi. Sehingga proses apresiatif berlangsung secara alamiah dan bersinambung.
Sementara itu, optimism yang didorong oleh kesadaran pribadi menumbuhkan kembali komitmen kemandirian sebagaimana dilakukan para anggota Tentara Pelajar. Meskipun ada bayang-bayang egosentrisme pribadi, kelompok atau apapun bentuk kecenderungan lainnya pernah melintas di benak pencetus gagasan, tetapi kesadaran yang kuat atas nilai kebersamaan, kesukarelaan dan sikap pantang menyerah akhirnya menepis semua itu. Juga perasaan rendah diri selaku orang daerah. Atau sebaliknya, tinggi hati karena merasa diri penting. Karena satu keyakinan yang selama ini kita pegang yaitu: sekali dan selamanya kita tetap Tentara Pelajar.
Kesadaran lain yang mendorong optimisme adalah identitas diri selaku kaum terpelajar yang harus selalu membuka luas cakrawala pandang tentang makna masa depan. Hal ini terwakili oleh bentuk dasar berupa pena dalam posisi terbalik atau siap menorehkan sesuatu yang bermakna. Seperti kita tahu, pena dari bulu ayam  adalah bagian yang sangat penting dalam lambang Tentara Pelajar.  Dengan pena manusia berkarya bagi diri, sesama manusia dan Sang Pencipta alam semesta.
Posisi pena terbalik melambangkan kekinian anggota Tentara Pelajar yang sebagian besar telah purna tugas sesuai bidang yang ditekuni. Yang memilih berkarir di  TNI tentu telah purnawiraan. Sementara yang di lingkungan sudah pension dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Meskipun demikian, tugas mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tetap ada selama hayat di kandung badan. Karena semboyan Tentara Pelajar adalah kesetiaanku pada bangsa dan Negara dari buaian sampai liang lahat.
Pena dalam keadaan terbalik juga melambangkan ketulusan menjaga martabat Tentara Pelajar yang hanya ada di Indonesia. Bersih dari segala noda tinta artinya tuntas setiap melaksanakan tugas panggilan Negara – bangsa. Tak pernah ragu untuk mawas diri dan selalu siap untuk memperbaiki kesalahan diri maupun masyarakat luas. Tanpa tendensi ingin dipuji atau dihargai. Sebagai kaum terpelajar, penghargaan tertinggi itu terjadi saat mampu memberi manfaat bagi pencerahan tata nilai kemerdekaan.
Penerapan filosofi pena pada tetenger ini diwujudkan dalam bentuk pengelompokan bagian-bagian bangunan. Layaknya sebuah bangunan itu ada fondasi, bentuk dasar bangunan dan atap atau puncak bangunan. Fondasi bangunan tetenger terdiri dari dua bagian yaitu lapis terbawah yang terbenam di tanah melambangkan episode penjajahan yang gelap. Karena itu diwakili oleh warna hitam. Tebal bagian yang muncul ke permukaan tanah sekitar 20cm dengan luas 2,25m2 (1,5 x 1,5 m). Di atasnya terdapat fondasi serupa lantai seluas 3,08m2 (1,76 m x 1,76 m). Keduanya menggunakan konstruksi beton cor.
Pilar atau bangunan utama berbentu serupa buku dalam keadaan terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk melambangkan bahwa Tentara Pelajar berasal dari lingkungan masyarakat yang terdidik, kaum terpelajar dan masyarakat sipil. Bukan dari lingkungan militer, meskipun bernama depan Tentara. Buku adalah sumber ilmu dan kebajikan. Dalam keadaan terbuka, buku selalu dibaca dan dipahami maknanya. Terbuka untuk menambah pengetahuan baru dan atas segala upaya memperbaiki keadaan. Karena itu, dilihat dari sisi belakang, buku Nampak dalam keadaan tegak dan kokoh. Konstruksi cor dipilih untuk alas an efisiensi waktu dan biaya serta kemudahan dalam pemeliharaan. Luas bangunan utama ini sekitar 2,44m2.
Di sisi puncak, terdapat bangunan berbentuk mata pena yang terlihat seperti berlian bersusun tiga. Mata pena adalah bagian terpenting dalam menggoreskan pengetahuan, berbagi pengalaman dan pencerahan melalui ilmu pengetahuan umum maupun teknologi. Bagian paling dalam (pertama) menggambarkan awal terbentuknya Tentara Pelajar yaitu berasal dari Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Bagian Pertahanan yang diwakili warna coklat muda ( khaqi ). Lapis berikutnya (kedua) berwarna hijau muda yang melambangkan episode Tentara Pelajar sebagai bagian Tentara Nasional Indonesia (TNI) Brigade XVII. Terakhir atau lapis terluar berwarna hitam sebagai lambing keabadian. Pada sisi ini terdapat logo Tentara Pelajar di bawah ini:

Logo Tentara Pelajar


Rancangan Tulisan di Puncak Tetenger


Desain Tetenger – Tampak Depan




Desain Dasar Tetenger – Tampak Belakang





Rencana Biaya Pemugaran dan Peresmian Tetenger 


Uraian

Jumlah
A.    Pemugaran Sederhana:

1)      Pengecatan Ulang:
a.    Bagian fondasi
b.    Bagian Pilar/Bangunan Utama
c.    Bagian Puncak
d.   Tenaga Kerja : 2 x 1orang x Rp 40.000,-

Jumlah biaya pengecatan ulang
2)   Pemasangan Tulisan Tetenger di Puncak bangunan:
a.       Bahan-bahan:
b.      Tenaga kerja: 3 x 2orang x Rp 40.000,-
Jumlah biaya pemasangan tulisan Tetenger

Rp120.000,-
180.000,-
     90.000,-
      80.000,-



Rp328.000,-
    120.000,-





Rp     470.000,-





Rp     448.000,-
Jumlah Biaya Pemugaran sederhana

Rp     918.000,-
B.     Peresmian:
1)   Prasasti
2)   Administrasi dan umum
3)   Cetak Buklet : 500 x Rp 8.000,-
4)   Undangan : 50 x Rp 12.500,-
5)   Sewa SOUND
6)   Performing art (kostum, make up, asesori dll)
7)   Souvenir :   200 x Rp   5.000,-
8)   Konsumsi : 200 x Rp 10.000,-
9)   Dokumentasi dan Dekorasi
10)                        Transportasi
a. Pengisi acara
b.Tamu khusus












Rp300.000,-
    600.000,-


Rp  1.500.000,-
267.500,-
4.000.000,-
625.000,-
250.000.-
1.000.000,-
1.000.000,-
2.000.000,-
1.000.000,-



900.000,-
Jumlah Biaya Peresmian

Rp12.542.500,-
Total Taksiran Biaya Pemugaran dan Peresmian Tetenger
Rp13.460.500,-



PENUTUP

Betapapun besar niat dan usaha manusia dalam mewujudkan harapan dan keinginannya, semua akan kembali pada kuasaNya. Dengan segala keterbatasan yang ada pada saya selaku Penerima Amanat almarhumah Ibu Atiatoen dan Ibu Rasini sebagai pelaku sejarah, penggagas dan donator utama bangunan TETENGER PATILASAN RUMAH PERJUANGAN PADA PERANG KEMERDEKAAN I – 1947 TENTARA PELAJAR BATALYON 300 BRIGADE XVII DI KEBUMEN, akhir tahun 2002 telah menyelesaikan satu tahap penting yaitu mewujudkan bentuk dasar bangunan sebagaimana nampak pada foto di bawah ini.



 Satu hal penting yang saya pegang selama ini adalah pesan almarhumah Ibu Atiatoen  
¨Bukan yang banyak itu baik, tapi yang baik pastilah yang banyak¨

Karena itu dan dilandasi kesadaran sebagaimana telah dijelaskan pada bagian pendahuluan Proposal ini, saya ingin mengungkap rasa bahagia dan terima kasih yang sangat tulus atas :
1)      Ijin Majelis GKJ Kebumen yang member ijin pendirian bangunan di lingkungan GKJ, tepatnya depan Gedung Prabasanti.
2)      Dukungan semangat, gagasan, masukan dan dana para mantan anggota Tentara Pelajar khususnya kesempatan menghirup udara kemerdekaan bangsa Indonesia yang ikut dipertahankan dengan peperangan fisik maupun mental.
3)      Semua pihak yang telah membantu berupa apaun atas terwujudnya gagasan tersebut.

Tiada gading yang tak retak, semua yang sempurna hanya milikNya semata.

Kebumen, akhir Pebruari 2011


Toto Karyanto
 





This entry was posted in . Bookmark the permalink.

Leave a Reply