Tidak!
Ada perintah dari Yogya
Tiap sejengkal tanah tumpah darah
Harus dipertahankan!
Nasution berseru: Bumi hanguskan kota Bandung
Cimahi hingga Ujungberung berdentuman ledakan bom,
Api menjadi raja di kota kembang!
Bandung jadi santapan api!
Bandung telah jadi lautan api!
Bandung telah ditelan api!
Tidak, Bandung Lautan Api!
Ya, Bandung Lautan Api
Ya, Bandung Lautan Api
Ratusan ribu rakyat mengungsi
sambil menyanyikan lagu Mars
Hano-halo Bandung
Di Semarang, Jepang masih membandel!
Mereka tidak ihlas menyerahkan senjata
Mereka malah mengepungdan menteror gedung-gedung
merampas senjata para pemuda dan
melakukan pembunuhan keji
Dokter Katyadi gugur, segenap Para pemuda dari tanah Jawa,
terbakar amarah api dendam pantang padam
Biar tenaga singkong, nyali jangan gosong
Dari Demak, Pati, Cepu, Purwodadi, Solo, Yogya,
Magelang, Ambarawa, Banyumas, Kendal, Pekalongan,
Purwokerto bersatu dalam mengganyang Jepang!
Lima hari merangkai perang!
Wongsonegoro ditawan,
sebagai jaminan hentikan
pertempuran!
Kodok sialan!
Bung Tomo matanya merah darah
Di ubun caci maki mengental
Di tangan senjata sudah tergengam
Di dada, amarah kian meluap
Melihat tentara Inggris dan pasukan Nica
Hendak melalap Surabaya!
Bedebah!
Merah putih dicampakkan!
Senjata rakyat wajib diserahkan!
Surabaya dihinakan!
Ora sudi, diancuk!
Kami hanya ada dua pilihan:
Merdeka atau mati!
Kami tak ingin tunduk pada penghianat!
Insiden berdarah di Gedung Internatio
dan Jembatan Merah, telah merenggut nyawa
Jenderal Mallaby: Sang Perwira Perkasa !
Arek Suroboyo pantang mundur pada penjajah
Inggris, kita linggis – Nica kita setrika – Jepang kita ganyang !
Lebih terpuji jadi mayat daripada harus menyerah !
Bung Tomo meraung bagai harimau,
melihat tentara sekutu semakin kalap dan keranjingan,
dari darat, udara dan laut rentetan peluru
dimuntahkan dan bom diledakkan.
Korban bergelimpang di mana-mana
Darah menggenang
Berteriak Bung Tomo,
Terus maju !
Allahu Akbar !
Serbu !
Lihatlah !
Rakyat tak sudi Ambarawa dijarah.
Tentara rakyat terus menyeruduk,
Inggris dan Nica kewalahan, tahanan Jepang dikerahkan
Benteng Banyubiru milik pribumi
bukan Inggris, Nica atau sisa Jepang !
Wahai kawan !
Kita memang pejuang, tapi kita kurang banyak tau
kejadian perang secara menyeluruh
Makanya, aku cari saja buku di pasar loak,
kan beres !
Wahai kawan !
setelah sekian puluh tahun kita berpisah
rupanya kamu di sini
Hanya padamu ku berkata !
Hidupku kian sebatang kara !
Tinggalku di gubug liar dan kumuh,
menyatu dengan air sungai yang keruh
bila dating banjir, terkubur lumpur !
Memang nasib tak mudah ditentang !
Aku kerap diusir, dijebloskan ke panti sosial!
Pantang aku bilang bekas pejuang !
dan aku bilang kakiku,
terkena kusta !
Aku tak mau siapa tahu,
Akulah mantan pejuang !
Aku ingin menikmati hidup apa adanya !
Tak mimpi banyak harta apalagi menjual nama pejuang !
Mungkin satu tak seribu !
Semangat berjuang bukan sebab uang !
Perjuangan bukan pesta makan-makan,
air mata, darah dan kematian menjadi taruhan !
Ahaaa !
Inilah cerita di negeri merdeka, kadang tak karuan jadinya,
di abad kemajuan pembangunan,
mengapa moral jadi barang murahan selalu ditelantarkan
Sekali waktu menjelang sore hari
aku merenung di trotoar jalan
di antara lalu lalang kendaraan
Tiba-tiba air ludah mampir di mukaku,
kiriman dari mobil mewah warna ungu
Aku geram, darahku menggeram !
Kulempar batu, pecahlah kaca mobil itu !
Aku pun diamankan,
diminta pertanggungjawaban,
tidak mampu, kataku !
Tak ingin kubilang,
Aku mantan pejuang !
Inilah nasib si tua mantan pejuang
selalu dikalahkan kehidupan !
Aku dikira jahat, sebagai perusak !
Aku difitnah, dianggap sampah !
Sungguh bedebah !
Bara api membakar jiwaku !
Kepedihan merajam jantungku !
Mengapa keadilan meluntur ?!
tak punya kesempatan membela !
Dendamku menghujat keadaan !
Dari mana datangnya masa kini,
kalau bukan hasil pengorbanan,
jiwa raga masa lalu !
Amarahku membara !
Aku bukan seperti kamu duga, aku bukan peminta-minta !
Pejuang sejati pantang sebagai peminta,
tak berpamrih, sebab darah diperjuangkan
buat Tuhan dan Negara !
Apa artinya berminta
bila timbul fitnah !
Lebih baik kujual barang bekas
dari pada aku jadi penindas!
Apa hebatnya uang rakyat digilas,
bila harga diri terhempas !
Puiiih !
Kalau ada mantan pejuang
gemar menumpuk harta,
benarkah jiwanya pejuang ?!
Mantan pejuang sejati, bukan petinggi harga gengsi,
menciptakan kesenjangan, membuang hakekat kehidupan !
Wow !
Modal asing semakin berkilau cahaya !
Merekah warna bunganya !
Anak terama jahat pada emak, emak ditelan dalam kelojotan,
Malin Kundang dianggap bualan !
Para rentenir nan jauh di sana, asyik berpesta dansa
di atas cerita luka !
Siapa yang dijadikan sumber musibah?
Mantan pejuangkah ?
Lihatlah kawan !
Wajah negeri banyak perubahan,
tapi rakyat jelata masih terjepit kekalutan,
karena keadaan ekonomi ada yang di langit
dan ada yang masih teronggok di bumi !
Bagaimana ini ?!
Sebagian uang pembangunan
Menyasar ke kaum sialan
tak hiraukan kondisi ekonomi negara dalam pembenahan,
Berita memalukan menjadi tamu media massa
Semua berebut mencuri kesempatan,
menangguk keuntungan,
negeri terhina dibiarkan
Aku menistakan kecerobohan !
Di mana arti keringat para pejuang ?!
Kalau hanya dijadikan tumbal kekayaan
bagi kawanan mahluk haus harta !
Akulah di situa mantan pejuang terlunta,
merenung di kal keruh, sesak rasa di dada, tak berujung
dan tak berpangkal !
Di langit mendung tebal berarak,
Dipendam lagi duka untuk kesekian kalinya.
Ia basuh sepasang kaki perunggu dengan airmata,
ia sigap member hormat untuk yang kedua,
lalu bermohon pamit
Setelah lega hatinya
pergilah ia.
Di antara debu kemarau
tertatih ia menyusuri taman kota
sewaktu hendak menyeberang jalan,
tiba-tiba disambar motor larinya kencang
kakek tua terjungkal, ambruk menelungkup,
Mulut dan telinga menetes darah, sekarat,
dan sekejap sirnalah sang nyawa !
Orang-orang merubung
Kilat kamera saling membentur
Para kuli tinta sibuk mencatat
Para reporter layar kaca sibuk bergaya,
Para petugas dibikin pusing
karena masyarakat susah diatur
Jalan raya semakin sarat isinya.
Di antara bau amis darah,
Terdengar menyentak suara sirine meraung,
orang-orang membauyar member jalan
Mayat lelaki tua dibawa pergi,
jalan raya aktif kembali.
Malam semakin menggelantung
Di rumah sakit, mayat lelaki renta
Dibiarkan tergeletak tanpa identitas,
Makin beku jadi penghuni peti salju
hingga hilang kabar tak terbilang
Patung pejuang
memang biasa terbungkam
lantaran ia hanya perunggu
di taman kota sebagai
penunggu
***