Oleh: Toto Karyanto.
Saya
tak kenal pribadi Anies Baswedan secara langsung. Ketika masih mahasiswa UGM, banyak
tulisan yang dimuat buletin kampusnya menjadi bahan referensi saya dalam
menyusun karya tulis pada mata kuliah Ekonomi Indonesia. Setahu saya, dia bukan
anak keturunan Tentara Pelajar. Tapi mampu menerjemahkan ”jiwa perjuangan”
pasukan pelajar/mahasiswa pejuang kemerdekaan ini jauh lebih baik dan tepat
sasaran dibandingkan kami yang anak keturunan langsung lewat Gerakan Indonesia Mengajar.
Di
kancah politik, saya tak pernah percaya pada institusi partai politik manapun
sejak mendapat hak pilih 32 tahun yang lalu. Meski pernah ikut serta
membesarkan gerakan ProMega di Kebumen, tapi tak tertarik meneruskan perjalanan
di jalur kepartaian. Bukan karena trauma, tapi telah mengendus adanya praktik
sektarian yang kian menguat sampai saat ini. Apalagi punya pengalaman yang
sangat sulit dipahami dengan logika apapun ketika menginisiasi dan mengawal
perjalanan #RUUKepalangmerahan yang sampai sekarang tak jelas perkembangannya
bersama para suka-Relawan Palang Merah Indonesia(PMI ) seantero negeri hanya
karena ulah satu atau beberapa orang anggota Panitia Khusus (Pansus.) RUU yang
sangat dinantikan oleh para sukaRelawan PMI sebagai payung hukum nasional dalam
menjalankan misi dan aksi kemanusiaan di berbagai situasi bencana alam maupun
saat terjadi konflik bersenjata.
Karena
itu, ketika memutuskan untuk bergabung dengan organisasi relawan Anies
Baswedan, banyak hal yang harus saya pertimbangkan. Pertama, sikap teman-teman
sukaRelawan PMI yang telah menyatakan diri akan menanggalkan hak pilihnya alias
golput dalam Pemilu Legislatif 9 April 2014 mendatang. Siap menerima cercaan,
makian dan sikap sinis. Kedua, sikap masyarakat di lingkungan sekitar yang
selama ini tahu sikap netral saya terhadap kegiatan politik praktis. Ketiga,
dan seterusnya... berkaitan dengan berbagai aktivitas kemasyarakatan saya dan
istri.
Apapun
yang terjadi nanti, terjadilah. Keputusan telah diambil dengan segala
risikonya. Saya ikut TurunTangan karena yakin dengan integritas pribadi Anies
Baswedan. Bukan sebab lain, apalagi mengejar popularitas, kedudukan dan harta.
Hanya karena kesetiaanku pada bangsa dan negara dari buaian sampai liang lahat.
Saya anak
keturunan mantan anggota Tentara Pelajar. Ayah kami, Djasmin, pertama kali ikut
berjuang menegakkan kemerdekaan di wilayah Bandung bergabung dengan Ikatan
Pelajar Indonesia Bagian Pertahanan Jawa Barat yang lebih dikenal sebagai
Tentara Pelajar Siliwangi (TPS). Ketika Bandung diduduki Belanda bersama
tentara sekutu, sebagian besar kekuatan perjuangan TPS melakukan longmarch ke Jawa Tengah. Ayah
ikut di dalamnya dan sampai di Purworejo. Di sana beliau bergabung dengan Kompi
Wiyono sebelum melanjutkan perjalanan ke Solo dalam rangka mencari sekolah dan
menemukannya di SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama Kanisius yang setingkat
SMP. Di kota ini, ayah bergabung dengan beberapa pasukan Kompi Prakoso
diantaranya Seksi Budiarjo bersama Jayadi Jepang.
Sementara itu,
ibu yang bersekolah di Sekolah Guru Putri (SGP) Jalan Jati Yogyakarta
ditugaskan oleh sekolahnya mengikuti latihan dasar kemiliteran angkatan ke 2
bersama ibu kandung Sri Mulyani Indrawati (mantan Menteri Keuangan RI dan
sekarang menjabat Direktur Palaksana Bank Dunia), Retno Sriningsih, yang juga
dilakukan oleh banyak pelajar sekolah menengah di ibukota RI sementara,
Yogyakarta. Cerita selengkapnya tentang Tentara Pelajar dan kiprah ibu di
kancah perjuangan menegakkan kemerdekaan Bangsa Indonesia ada di sini.
Ketika ex
anggota Tentara Pelajar (TP) mengadakan reuni di kota Purworejo, saya
berkesempatan mengenal sekilas sosok Pakde Koes (Prof.Dr. Kusnadi
Hardjasumantri,SH) dan Pakde Kunto (Prof.Dr.Kunto Wibisono). Di arena sambung
rasa antar generasi, saya mengenal sifat Pakde Koes yang sangat tegas dan
cenderung kaku (zakelijk). Khas sifat
kombatan (anggota pasukan
tempur). Berbeda dengan sifat dan sikap Pakde Kunto yang halus. Tentang kedua
mantan anggota TP ini, saya mendapat informasi yang sepotong-sepotong. Tapi
semua informasi itu memang menegaskan kesan saya tentang sikap Pakde Koes
khususnya.