Oleh: Maryati
Pada masa pergolakan revolusi tahun 1945, saya ada di Jakarta. Namun karena keadaan tidak aman, maka saya bersama orang tua pindah ke Bumiayu Jawa Tengah. Selama di sana, saya turut serta dalam latihan PMI yang dipimpin Bapak Istijar, seorang mantri kesehatan setempat.
Tahun 1947, saya mengikuti latihan WAPP di Yogyakarta, di bawah pimpinan ibu asrama, Yo Chaerul Saleh beserta lainnya selaku tenaga pengajar. Serta mbak Rien Sutirin sebagai kepala pasukan. Kegiatan yang dilakukan selama latihan antara lain, pagi hari kami berlatih di Akademi Militer dan petangnya kami belajar di asrama dengan mendatangkan guru. Selesai latihan kami ditempatkan di Rumah Sakit Petronella (kemudian jadi RS Bethesda) di bawah pimpinan dokter LGY Samalo selama tiga bulan. Setelah itu, kami menjalani latihan terakhir atau latihan besar-besaran di sekitar Candi Borobudur selama dua minggu, di mana dalam latihan itu hadir Jendral Soedirman.
Setelah selesai latihan, kemudia kami ditempatkan di berbagai lokasi. Sebagian di Jawa Timur Saya bersama Supiyati kembali ke kampung halaman di Bumiayu untuk bergabung kembali dengan PMI.
Tahun 1948, daerah kami diserang musuh (Belanda). Dalam melakukan perlawanan, kami dari PMI bergabung dengan tentara dari Tegal, yaitu Resimen XIII dibawah pimpinan Bapak Kasimin, Bapak Gondosuwito dan bapak Suryadi (Sektor Langlang Buana). Sejak itu dan seterusnya, kami turut serta dalam beberapa pertempuran sebagai anggota PMI di garis belakang. Dan bertugas merawat orang-orang yang luka dari medan perang. Jika perlu, hal itu kami lakukan dengan naik turun gunung. Selanjutnya kami diperintahkan hijrah ke Banjarnegara.
Ketika bertugas di Banjarnegara, saya mendapat cuti selama tiga bulan. Setelah itu, saya ditempatkan di Karang Kobar bersama anggota Batalyon I Resimen XIII. Bapak Kasimin selaku komandan pasukan memerintahkan "yang bergabung supaya kembali ke kesatuan masing-masing". Pasukan yang tergabung dalam batalyon I terdiri dari beberapa anggota TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar), ALRI, PMI dan Angkatan Darat RI.
Bersama Supiyati, saya kembali ke Jogja. Rencananya kemballi ke WAPP, tapi semua penghuni asrama kosong karena telah menempatkan diri di pos masing-masing. Kemudian kami bergabung di RS PKU Muhammadiyah jalan Ngabean yang dipimpin oleh dokter Ismail sebagai perawat. Hail itu terjadi sampai tahun 1950 dan setelahnya kami kembali ke Jakarta.
Tahun 1947, saya mengikuti latihan WAPP di Yogyakarta, di bawah pimpinan ibu asrama, Yo Chaerul Saleh beserta lainnya selaku tenaga pengajar. Serta mbak Rien Sutirin sebagai kepala pasukan. Kegiatan yang dilakukan selama latihan antara lain, pagi hari kami berlatih di Akademi Militer dan petangnya kami belajar di asrama dengan mendatangkan guru. Selesai latihan kami ditempatkan di Rumah Sakit Petronella (kemudian jadi RS Bethesda) di bawah pimpinan dokter LGY Samalo selama tiga bulan. Setelah itu, kami menjalani latihan terakhir atau latihan besar-besaran di sekitar Candi Borobudur selama dua minggu, di mana dalam latihan itu hadir Jendral Soedirman.
Setelah selesai latihan, kemudia kami ditempatkan di berbagai lokasi. Sebagian di Jawa Timur Saya bersama Supiyati kembali ke kampung halaman di Bumiayu untuk bergabung kembali dengan PMI.
Tahun 1948, daerah kami diserang musuh (Belanda). Dalam melakukan perlawanan, kami dari PMI bergabung dengan tentara dari Tegal, yaitu Resimen XIII dibawah pimpinan Bapak Kasimin, Bapak Gondosuwito dan bapak Suryadi (Sektor Langlang Buana). Sejak itu dan seterusnya, kami turut serta dalam beberapa pertempuran sebagai anggota PMI di garis belakang. Dan bertugas merawat orang-orang yang luka dari medan perang. Jika perlu, hal itu kami lakukan dengan naik turun gunung. Selanjutnya kami diperintahkan hijrah ke Banjarnegara.
Ketika bertugas di Banjarnegara, saya mendapat cuti selama tiga bulan. Setelah itu, saya ditempatkan di Karang Kobar bersama anggota Batalyon I Resimen XIII. Bapak Kasimin selaku komandan pasukan memerintahkan "yang bergabung supaya kembali ke kesatuan masing-masing". Pasukan yang tergabung dalam batalyon I terdiri dari beberapa anggota TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar), ALRI, PMI dan Angkatan Darat RI.
Bersama Supiyati, saya kembali ke Jogja. Rencananya kemballi ke WAPP, tapi semua penghuni asrama kosong karena telah menempatkan diri di pos masing-masing. Kemudian kami bergabung di RS PKU Muhammadiyah jalan Ngabean yang dipimpin oleh dokter Ismail sebagai perawat. Hail itu terjadi sampai tahun 1950 dan setelahnya kami kembali ke Jakarta.